Rabu, 08 Juli 2020

Kunci Penting dalam Menulis



Mengenal Sosok Narasumber
            Narasumber pertemuan ke-15 adalah seorang dosen IAIN Tulungagung yang bernama Dr. Ngainun Naim. Beliau lahir di Tulungagung tanggal 19 Juli 1975. Sebagai seorang penulis banyak sekali buku karyanya yang sudah dihasilkan. Sebanyak lebih dari 25 buku dan puluhan jurnal telah ditulisnya. Produktivitas beliau dalam menulis sangat menarik perhatian. Dalam kesempatan ini beliau akan berbagi pengalaman bagaimana agar kita bisa produktif dalam menulis.  

Kunci sukses dalam Menulis
Guru adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan. Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.
Agar bisa menghasilkan karya secara produktif narasumber menyampaikan tentang KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS. Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa menjadikan kita produktif dalam menulis. Keterlibatan peserta menulis di grup ini juga ibaratnya untuk mendapatkan kunci. Tapi jika sekadar mendapatkan saja dan tidak dipraktikkan, tentu kunci itu kurang fungsional.  
Kunci Pertama adalah Motivasi
Orang melakukan aktivitas menulis memiliki motivasi yang beragam yaitu :
[1] motivasi karir. Menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi kita. Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh.
[2] motivasi materi. Menulis menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang. Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
[3] motivasi politik. Menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
[4] motivasi cinta. Menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.
Bisa juga menambah jenis motivasi di luar 4 yang telah disebutkan di atas. Namun perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi terhadap tulisan atau buku yang kita hasilkan.
Kunci Kedua : Meyakini bahwa Menulis itu Anugerah
Banyak orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak mau menulis. Karena itulah bisa menulis—bagi narasumber sendiri—adalah anugerah luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus menulis. Beliau berpendapat bahwa mau dan mampu menulis itu anugerah. Bayangkan, saat S-1 kita dituntut bisa membuat makalah setiap semester minimal membuat 10 makalah. Jika 1 makalah dikalikan 10 halaman, berarti kan sudah 100 halaman. Jika dikalikan 8 semester berarti sudah 800 halaman. Asumsinya 1000 halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi. Jika kita lulusan S1, atau S2 atau S3 berarti sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Apalagi jika kita lulusan S2 atau S3 tentu jumlah halaman pun bertambah diatas 2.500 halaman. Sekarang hitung berapa laporan penelitian yang harus dibuat setiap tahun. Berapa laporan pengabdian. Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah kita tulis. Sekarang mari kita urai mengapa kok masih ada yang kesulitan menulis padahal pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Ada beberapa kemungkinan; [1] Selama kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah. Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi. Kemungkinan ke [2], tidak menulis karena dibuatkan orang lain. Kemungkinan ke [3] menulis dengan melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di google lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan. Menulis itu membuat kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun buku yang kita hasilkan tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya. Kemungkinan ke [4], begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka, diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup. Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: BERDASARKAN PAPARAN DI ATAS MAKA DAPAT DISIMPULKAN.
Kunci Ketiga: Menulis itu Memberikan Banyak “Keajaiban” dalam Hidup
Menulis itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang blogger, youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah memberikan keajaiban dalam kehidupan.
Coba kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis.
[1] mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak royaliti.
[2] sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
[3] memiliki banyak teman.
[4]. Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan.
 [5] tulisan adalah alat perekam kehidupan yang ajaib.
Kunci Keempat: Tidak Mudah Menyerah
Banyak orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari, semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali. Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan. Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang dilakukan tiga bulan sekali.
Kunci Kelima: Berjejaring
Jadi penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona, tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.
Kunci Keenam: Menulis Sebanyak-banyaknya
Menulislah setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika kita merasa tulisan kita tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan kita akan otomatis menjadi baik.

Kesimpulan
Demikian 6 kunci yang bisa membuat membuat kita sekalian produktif menulis. Tinggal bagaimana kunci itu digunakan secara tepat Namun--sekali lagi--kunci itu adalah alat. Maka agar kunci itu fungsional kita harus mempraktekan ke-6 kunci yang telah dikemukakan. Practice makes perfect. Sering berlatih akan membuat tulisan kita semakin sempurna. Tunggu apalagi… Ayo mulai menulis dan menulislah secara konsisten.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Refleksi bulan Januari 2021

                   Membuka tahun 2021 tepatnya tanggal 7 Januari saya mendapat kabar jika buku saya yang berjudul "Berbagi Motivasi dal...