Mengenal Sosok Narasumber
Narasumber pertemuan ke-15 adalah
seorang dosen IAIN Tulungagung yang bernama Dr. Ngainun Naim. Beliau lahir di
Tulungagung tanggal 19 Juli 1975. Sebagai seorang penulis banyak sekali buku karyanya
yang sudah dihasilkan. Sebanyak lebih dari 25 buku dan puluhan jurnal telah
ditulisnya. Produktivitas beliau dalam menulis sangat menarik perhatian. Dalam
kesempatan ini beliau akan berbagi pengalaman bagaimana agar kita bisa
produktif dalam menulis.
Kunci sukses dalam Menulis
Guru
adalah kunci penting dalam dunia pendidikan. Jika guru berkualitas, besar
kemungkinan kelas yang diajarnya juga berkualitas. Tapi jika gurunya kurang
berkualitas, tentu hasil pembelajarannya juga kurang sesuai dengan harapan.
Salah satu kunci penting peningkatan kualitas guru adalah dengan membangun
budaya literasi. Literasi berarti budaya membaca dan menulis. Seorang guru yang
mau terus membaca buku dan menulis memiliki peluang untuk semakin meningkat
kualitas dirinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak karya yang
dihasilkan, maka akan memiliki kontribusi penting bagi kemajuan pendidikan.
Agar
bisa menghasilkan karya secara produktif narasumber menyampaikan tentang
KUNCI-KUNCI PENTING DALAM MENULIS. Kunci itu alat untuk membuka. Alat yang bisa
menjadikan kita produktif dalam menulis. Keterlibatan peserta menulis di grup
ini juga ibaratnya untuk mendapatkan kunci. Tapi jika sekadar mendapatkan saja
dan tidak dipraktikkan, tentu kunci itu kurang fungsional.
Kunci Pertama adalah Motivasi
Orang
melakukan aktivitas menulis memiliki motivasi yang beragam yaitu :
[1]
motivasi karir. Menulis merupakan aktivitas yang berkaitan erat dengan profesi kita.
Implikasinya, semakin mahir menulis maka semakin lancar karir yang kita tempuh.
[2]
motivasi materi. Menulis menghasilkan honor. Bagi penulis yang sudah sangat
terkenal, honor memang sangat berlimpah. Bukunya terus mengalami cetak ulang.
Namun jumlah mereka yang beruntung dari sisi ini tidak terlalu banyak. Sebagian
besar penulis justru kurang mendapatkan perhatian dari sisi materi.
[3]
motivasi politik. Menulis ditujukan untuk mencapai tujuan politik tertentu.
[4]
motivasi cinta. Menulis karena memang mencintai aktivitas menulis.
Bisa
juga menambah jenis motivasi di luar 4 yang telah disebutkan di atas. Namun
perlu diingat bahwa apa pun motivasi yang dipilih maka akan mempengaruhi
terhadap tulisan atau buku yang kita hasilkan.
Kunci Kedua : Meyakini bahwa
Menulis itu Anugerah
Banyak
orang yang mau menulis tapi tidak mampu mengerjakannya; bisa karena kesibukan
atau sejuta alasan lainnya. Banyak yang sesungguhnya mampu menulis tetapi tidak
mau menulis. Karena itulah bisa menulis—bagi narasumber sendiri—adalah anugerah
luar biasa yang harus disyukuri. Cara mensyukurinya adalah dengan terus
menulis. Beliau berpendapat bahwa mau dan mampu menulis itu anugerah.
Bayangkan, saat S-1 kita dituntut bisa membuat makalah setiap semester minimal
membuat 10 makalah. Jika 1 makalah dikalikan 10 halaman, berarti kan sudah 100
halaman. Jika dikalikan 8 semester berarti sudah 800 halaman. Asumsinya 1000
halaman dengan laporan KKN, magang, skripsi. Jika kita lulusan S1, atau S2 atau
S3 berarti sudah menulis ribuan halaman. Ya, ribuan halaman. Apalagi jika kita
lulusan S2 atau S3 tentu jumlah halaman pun bertambah diatas 2.500 halaman. Sekarang
hitung berapa laporan penelitian yang harus dibuat setiap tahun. Berapa laporan
pengabdian. Sudah ribuan—sekali lagi ribuan—halaman yang sudah kita tulis.
Sekarang mari kita urai mengapa kok masih ada yang kesulitan menulis padahal
pengalaman menulisnya sudah ribuan halaman. Ada beberapa kemungkinan; [1] Selama
kuliah spesial menjadi anggota kelompok yang tidak pernah menulis makalah.
Biasanya ini yang spesial membiayai foto kopi. Kemungkinan ke [2], tidak
menulis karena dibuatkan orang lain. Kemungkinan ke [3] menulis dengan
melakukan “kanibal” tulisan orang lain. Misalnya mendapatkan bahan di google
lalu dipotong sana-sini sampai berbentuk layaknya tulisan. Menulis itu membuat
kita menjadi berbeda dibandingkan kawan-kawan yang lainnya. Sesederhana apa pun
buku yang kita hasilkan tetap memiliki kontribusi penting. Jangan dengarkan
nyinyiran yang tidak konstruktif. Selama kita terus menulis maka akan
menjadikan kita sebagai makhluk yang berbeda dengan kawan-kawan lainnya.
Kemungkinan ke [4], begitu mendapatkan tugas langsung berburu referensi. Tidak
berpikir apa yang harus ditulis. Begitu referensi didapatkan segera dibuka,
diketik, lalu tutup. Ganti referensi berikutnya, dibuka, diketik, lalu tutup.
Tugas penulis biasanya di akhir kutipan: BERDASARKAN PAPARAN DI ATAS MAKA DAPAT
DISIMPULKAN.
Kunci Ketiga: Menulis itu
Memberikan Banyak “Keajaiban” dalam Hidup
Menulis
itu memberikan banyak sekali manfaat. Pak Wijaya Kusumah--Omjay-- seorang blogger,
youtuber dan guru kita semua, mengatakan bahwa menulis setiap hari itu telah
memberikan keajaiban dalam kehidupan.
Coba
kita simak apa saja bentuk keajaiban yang beliau rasakan karena menulis.
[1]
mendapatkan banyak materi. Karena rajin menulis, bukunya mendapatkan banyak
royaliti.
[2]
sering diundang sebagai pembicara di berbagai forum.
[3]
memiliki banyak teman.
[4].
Bisa membeli peralatan yang dibutuhkan dalam kehidupan.
[5] tulisan adalah alat perekam kehidupan yang
ajaib.
Kunci Keempat: Tidak Mudah Menyerah
Banyak
orang ingin menulis, tentu termasuk menulis buku, tetapi semangat menulisnya
naik turun. Saat ikut kegiatan kepenulisan semacam ini, semangat menulisnya
berapi-api. Tetapi saat kembali ke dunia nyata, ke dunia kehidupan sehari-hari,
semangat itu perlahan tetapi pasti memudar dan akhirnya hilang sama sekali.
Saat bersemangat, menulis berlembar-lembar halaman dalam sehari terasa ringan.
Saat tidak bersemangat, satu paragraf pun terasa berat sekali. Bahkan sangat
mungkin berbulan-bulan tanpa menulis sama sekali. Menulis lima paragraf yang
dilakukan rutin setiap hari jauh lebih baik daripada sepuluh halaman yang
dilakukan tiga bulan sekali.
Kunci Kelima: Berjejaring
Jadi
penulis jangan menepi. Memang saat sekarang kita harus menepi karena Corona,
tetapi bukan berarti tidak berinteraksi. Bangun jejaring kepenulisan. Ikut
kegiatan semacam ini juga dalam rangka berjejaring.
Kunci Keenam: Menulis
Sebanyak-banyaknya
Menulislah
setiap hari tanpa henti. Lakukan secara terus-menerus. Jika kita merasa tulisan
kita tidak baik maka dengan menulis setiap hari tulisan kita akan otomatis
menjadi baik.
Kesimpulan
Demikian
6 kunci yang bisa membuat membuat kita sekalian produktif menulis. Tinggal
bagaimana kunci itu digunakan secara tepat Namun--sekali lagi--kunci itu adalah
alat. Maka agar kunci itu fungsional kita harus mempraktekan ke-6 kunci yang
telah dikemukakan. Practice makes perfect.
Sering berlatih akan membuat tulisan kita semakin sempurna. Tunggu apalagi… Ayo
mulai menulis dan menulislah secara konsisten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar