Rabu, 08 Juli 2020

Free Writing




Mengenal Sosok Narasumber         
Seorang guru TIK yang mengajar di SMPN Unggulan Sindang Indramayu menjadi narasumber kuliah menulis pada malam ini yang bernama Muhammad Firman Suwarya, M. Kom. Beliau merupakan salah satu penulis buku informatika jenjang SMP dan penulis buku lainnya. Buku hasil karyanya yang telah terbit secara solo ada 3 buah buku sedangkan 10 buah buku karya bersama (antologi).

Free writing
Sesuai tema malam hari ini yang mengangkat tentang free writing Pak Firman menjelaskan pengertian free writing sebagai teknik menulis cepat tanpa hambatan. Jika ide muncul maka segera tulis sebelum ide itu hilang kapan pun dan dimana pun. Jangan takut salah, jangan takut keliru, takut jelek hasilnya, apalagi takut salah ketik. Pokoknya tulis dan tulis sampai habis. Modalnya  ide, dan ide bisa muncul dari mana saja. Beliau pernah membaca sebuah buku yang hanya bercerita dan menjelaskan tentang maaf sebuah toilet. Dari toilet itu terkadang bisa memunculkan ide. Atau ketika kita jalan naik angkutan umum yang sesak penumpang.  Banyak sebenarnya ide-ide yang muncul di sekitar kita. Pokoknya tulis saja sampai selesai. Hal-lain lain dalam free writing nanti bisa kita koreksi pd saat proses editing.
Beliau menantang kami untuk menulis dalam 1 hari menulis 5 lembar selama 30 hari. Menurutnya, jika kami berani konsisten menulis 5 lembar perhari, beliau yakin kami akan menjadi seorang penulis yang handal dan produktif.  Secara umum  menulis sebanyak 5 halaman itu membutuhkan waktu berjam-jam belum lagi efeknya nanti ketemu dengan rasa bosan yang membelenggu Itu penyakit yang hampir menghinggapi semua penulis baik yang baru belajar menulis ataupun mungkin penulis yang sudah menjadi penulis handal. Bahaya penyakit ini biasanya diawali menyerang ke pikiran. Cirinya tiba-tiba ide-ide yang kita punya hilang entah kemana lalu puyeng dan bingung harus menulis apa lagi. Dampaknya kita akan merasa cape, lelah, dan malas untuk menulis.  Terkadang saat malas menghinggapi, ketika mau nulis lagi tiba-tiba mendadak mendapatkan ide yang baru lalu kita mulai menulis. Namun ketika kita sedang menuliskan ide tiba-tiba muncul ide baru lagi. Begitu terus secara berulang-ulang tidak ada kelar-kelarnya. Dalam dunia kepenulisan hal itu biasa disebut dengan Lingkaran Setan Kebuntuan. Tidak ada karya yang bisa dihasilkan. Hal itu bisa menimbulkan stress. Mungkin saja nanti muncul pemikiran jangan-jangan kita tidak ada bakat untuk menjadi penulis.
Beliau juga pernah mengalami Lingkaran Setan Kebuntuan tersebut. Berawal dari sulitnya menemukan ide yg pas dan kira-kira bagus gak ya untuk di baca? Kira-kira mau nulis ini, bener gak ya..? bagus gak? nanti gimana kalau jelek? pokoknya komplit deh pd awal mencari ide sampai-sampai beliau harus konsul dengn teman dan lain sebagainya. Hingga akhirnya beliau menemukan suatu kekuatan berupa komitmen bahwa jelek, kurang bagus, bagus, atau sejenisnya pokoknya ditulis. Baru dari situ mulai membuat outline secara garis besar. Dalam perjalanannya kemungkinan akan mengalami perkembangan dan sejenisnya. Selanjutnya menulis satu- persatu dengan alokasi waktu luang. Biasanya beliau meluangkan waktu selepas sholat Isya sekitar 60 menit secara kontinyu. Pada waktu menulis tsb bukan tidak ada halangan atau tantangan bahkan banyak sekali tantangannnya. Misalnya anak-anak yang minta jalan-jalan atau minta ini itulah dan lain-lain namun satu persatu tantangan itu mampu diatasinya. Anak-anak juga akan tahu dan menyesuakan sendiri pada akhirnya.hingga selesai tulisan-tulisan dalam bentuk buku. Ternyata dari pemaparan pak Firman solusi mengatasi Lingkaran Setan Kebuntuan itu sederhana namun harus yakin dengan menerapkan Free writing. Ide muncul langsung tulis sampai akhir. Jika ide itu ada yang lupa lewat aja karena situasi tdk memungkinkan baru kita cek dan ricek. Seharusnya kita meluangkan waktu dan jangan memanfaatkan waktu. Luangkan waktu misalnya 30 sampai 60 menit setiap harinya namun dilaksanakan secara kontinyu secara terus-menerus. Sejak mengenal free writing itulah akhirnya beliau terbebas walaupun tidak secara langsung keluar dan lolos dari penyakit yang menimpa seorang penulis.
Untuk memahami dan menerapkan free writing ini beliau memberikan ilustrasi sederhana sebagai berikut ini. Jika kita mau menghadapi ujian yang sangat penting dan waktunya sudah ditentukan misalnya dari pukul 07.00 sampai pukul 09.00 selama 120 menit atau 2 jam. Tentu kita harus datang tepat waktu agar bisa menyelesaikan ujian itu dengan baik, benar dan yakin. Namun pada saat di perjalanan kita mengalami kemacetan sampai memakan waktu 1 jam dari durasi waktu ujian kita. Dalam kondisi seperti itu apa yang akan kita lakukan untuk mengerjakan semua soal-soal ujian yang masih kosong tersebut belum lagi melihat banyak soal-soal yang susah? Namun semua soal harus diisi dan dikerjakan serta harus mendapatkan nilai yang bagus sedangkan waktu terus berjalan. Satu-satunya jalan yang harus kita lakukan adalah dengan NGEBUUUUT saat mengisi soal ujian itu karena kejar-kejaran dengan waktu. Begitulah free writing sebagai cara kita ngebut dalam menulis. Apakah freewriting tidak akan menghasilkan tulisan yang asal jadi tapi kurang berkualitas? Bukankah ngebut atau buru-buru itu tidak baik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut menurut beliau hasil tulisan yang berkualitas atau kurang berkualitas biasanya ditentukan dari faktor ide yg muncul. Jika ide yg muncul bagus dan berkualitas lalu lanjut dengan outline yg berkualitas, maka hasil tulisan juga tidak akan jauh dari sit, yaitu bagus dan berkualitas. Dalam prakteknya menulis berkualitas terkadang menuntut kita agar mengikuti, mematuhi dan lain-lain sebelum tulisan itu selesai ditulis sehingga tulisan kita akhirnya tidak bisa kelar atau selesai. Nah dengan free writing ini akan mujarab menjawab sebagai solusinya. Adapun misalnya ada yang kurang enak atau sekiranya kurang pas dan lain-lain nanti bisa dilanjut pada tahap editing. Jangan khawatir jika kita hanya bisa membuat tulisan yang sederhana sebab tulisan sederhana biasanya terlahir dari hati dan tidak neko-neko. Justru tulisan yang dari hati itulah yang biasanya akan membawa pembaca ke dalamnya sehingga dampaknya sangat luar biasa  

Kesimpulan
Rasa bosan adalah penyakit yang sangat berbahaya melebihi covid-19. Hati-hati dan waspada bila dia menyerang dengan tiba tiba. Kita harus pupuskan dengan coba dan coba lagi. Sampai kapan kita harus mencoba maka jawabannya sampai kita sukses. Yakin dan percayalah. Siapa pun bisa jadi apa pun asalkan dia mau berusaha dan berdoa. Kunci utamanya adalah percaya diri untuk menuliskan apapun dan kesampingkan semua kekhawatiran. Menulislah secara bebas dengan Free writing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Refleksi bulan Januari 2021

                   Membuka tahun 2021 tepatnya tanggal 7 Januari saya mendapat kabar jika buku saya yang berjudul "Berbagi Motivasi dal...