Mengenal
Sosok Narasumber
Seorang
guru TIK yang mengajar di SMPN Unggulan Sindang Indramayu menjadi narasumber
kuliah menulis pada malam ini yang bernama Muhammad
Firman Suwarya, M. Kom. Beliau merupakan salah satu penulis buku
informatika jenjang SMP dan penulis buku lainnya. Buku hasil karyanya yang
telah terbit secara solo ada 3 buah buku sedangkan 10 buah buku karya bersama
(antologi).
Free writing
Sesuai
tema malam hari ini yang mengangkat tentang free
writing Pak Firman menjelaskan pengertian free writing sebagai teknik menulis cepat tanpa hambatan. Jika ide
muncul maka segera tulis sebelum ide itu hilang kapan pun dan dimana pun. Jangan
takut salah, jangan takut keliru, takut jelek hasilnya, apalagi takut salah
ketik. Pokoknya tulis dan tulis sampai habis. Modalnya ide, dan ide bisa muncul dari mana saja.
Beliau pernah membaca sebuah buku yang hanya bercerita dan menjelaskan tentang
maaf sebuah toilet. Dari toilet itu terkadang bisa memunculkan ide. Atau ketika
kita jalan naik angkutan umum yang sesak penumpang. Banyak sebenarnya ide-ide yang muncul di
sekitar kita. Pokoknya tulis saja sampai selesai. Hal-lain lain dalam free writing nanti bisa kita koreksi pd
saat proses editing.
Beliau
menantang kami untuk menulis dalam 1 hari menulis 5 lembar selama 30 hari.
Menurutnya, jika kami berani konsisten menulis 5 lembar perhari, beliau yakin kami
akan menjadi seorang penulis yang handal dan produktif. Secara umum
menulis sebanyak 5 halaman itu membutuhkan waktu berjam-jam belum lagi
efeknya nanti ketemu dengan rasa bosan yang membelenggu Itu penyakit yang
hampir menghinggapi semua penulis baik yang baru belajar menulis ataupun
mungkin penulis yang sudah menjadi penulis handal. Bahaya penyakit ini biasanya
diawali menyerang ke pikiran. Cirinya tiba-tiba ide-ide yang kita punya hilang
entah kemana lalu puyeng dan bingung harus menulis apa lagi. Dampaknya kita
akan merasa cape, lelah, dan malas untuk menulis. Terkadang saat malas menghinggapi, ketika mau
nulis lagi tiba-tiba mendadak mendapatkan ide yang baru lalu kita mulai
menulis. Namun ketika kita sedang menuliskan ide tiba-tiba muncul ide baru
lagi. Begitu terus secara berulang-ulang tidak ada kelar-kelarnya. Dalam dunia
kepenulisan hal itu biasa disebut dengan Lingkaran Setan Kebuntuan. Tidak ada karya
yang bisa dihasilkan. Hal itu bisa menimbulkan stress. Mungkin saja nanti
muncul pemikiran jangan-jangan kita tidak ada bakat untuk menjadi penulis.
Beliau
juga pernah mengalami Lingkaran Setan Kebuntuan tersebut. Berawal dari sulitnya
menemukan ide yg pas dan kira-kira bagus gak ya untuk di baca? Kira-kira mau
nulis ini, bener gak ya..? bagus gak? nanti gimana kalau jelek? pokoknya
komplit deh pd awal mencari ide sampai-sampai beliau harus konsul dengn teman
dan lain sebagainya. Hingga akhirnya beliau menemukan suatu kekuatan berupa
komitmen bahwa jelek, kurang bagus, bagus, atau sejenisnya pokoknya ditulis. Baru
dari situ mulai membuat outline secara garis besar. Dalam perjalanannya
kemungkinan akan mengalami perkembangan dan sejenisnya. Selanjutnya menulis
satu- persatu dengan alokasi waktu luang. Biasanya beliau meluangkan waktu selepas
sholat Isya sekitar 60 menit secara kontinyu. Pada waktu menulis tsb bukan tidak
ada halangan atau tantangan bahkan banyak sekali tantangannnya. Misalnya
anak-anak yang minta jalan-jalan atau minta ini itulah dan lain-lain namun satu
persatu tantangan itu mampu diatasinya. Anak-anak juga akan tahu dan
menyesuakan sendiri pada akhirnya.hingga selesai tulisan-tulisan dalam bentuk
buku. Ternyata dari pemaparan pak Firman solusi mengatasi Lingkaran Setan
Kebuntuan itu sederhana namun harus yakin dengan menerapkan Free writing. Ide muncul langsung tulis
sampai akhir. Jika ide itu ada yang lupa lewat aja karena situasi tdk
memungkinkan baru kita cek dan ricek. Seharusnya kita meluangkan waktu dan
jangan memanfaatkan waktu. Luangkan waktu misalnya 30 sampai 60 menit setiap
harinya namun dilaksanakan secara kontinyu secara terus-menerus. Sejak mengenal
free writing itulah akhirnya beliau terbebas
walaupun tidak secara langsung keluar dan lolos dari penyakit yang menimpa
seorang penulis.
Untuk
memahami dan menerapkan free writing ini
beliau memberikan ilustrasi sederhana sebagai berikut ini. Jika kita mau
menghadapi ujian yang sangat penting dan waktunya sudah ditentukan misalnya
dari pukul 07.00 sampai pukul 09.00 selama 120 menit atau 2 jam. Tentu kita
harus datang tepat waktu agar bisa menyelesaikan ujian itu dengan baik, benar
dan yakin. Namun pada saat di perjalanan kita mengalami kemacetan sampai
memakan waktu 1 jam dari durasi waktu ujian kita. Dalam kondisi seperti itu apa
yang akan kita lakukan untuk mengerjakan semua soal-soal ujian yang masih
kosong tersebut belum lagi melihat banyak soal-soal yang susah? Namun semua
soal harus diisi dan dikerjakan serta harus mendapatkan nilai yang bagus
sedangkan waktu terus berjalan. Satu-satunya jalan yang harus kita lakukan
adalah dengan NGEBUUUUT saat mengisi soal ujian itu karena kejar-kejaran dengan
waktu. Begitulah free writing sebagai
cara kita ngebut dalam menulis. Apakah freewriting tidak akan menghasilkan
tulisan yang asal jadi tapi kurang berkualitas? Bukankah ngebut atau buru-buru
itu tidak baik? Untuk menjawab pertanyaan tersebut menurut beliau hasil tulisan
yang berkualitas atau kurang berkualitas biasanya ditentukan dari faktor ide yg
muncul. Jika ide yg muncul bagus dan berkualitas lalu lanjut dengan outline yg
berkualitas, maka hasil tulisan juga tidak akan jauh dari sit, yaitu bagus dan
berkualitas. Dalam prakteknya menulis berkualitas terkadang menuntut kita agar
mengikuti, mematuhi dan lain-lain sebelum tulisan itu selesai ditulis sehingga
tulisan kita akhirnya tidak bisa kelar atau selesai. Nah dengan free writing ini akan mujarab menjawab sebagai
solusinya. Adapun misalnya ada yang kurang enak atau sekiranya kurang pas dan lain-lain
nanti bisa dilanjut pada tahap editing. Jangan khawatir jika kita hanya bisa
membuat tulisan yang sederhana sebab tulisan sederhana biasanya terlahir dari
hati dan tidak neko-neko. Justru tulisan yang dari hati itulah yang biasanya
akan membawa pembaca ke dalamnya sehingga dampaknya sangat luar biasa
Kesimpulan
Rasa
bosan adalah penyakit yang sangat berbahaya melebihi covid-19. Hati-hati dan
waspada bila dia menyerang dengan tiba tiba. Kita harus pupuskan dengan coba
dan coba lagi. Sampai kapan kita harus mencoba maka jawabannya sampai kita
sukses. Yakin dan percayalah. Siapa pun bisa jadi apa pun asalkan dia mau
berusaha dan berdoa. Kunci utamanya adalah percaya diri untuk menuliskan apapun
dan kesampingkan semua kekhawatiran. Menulislah secara bebas dengan Free writing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar