Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah
-Pramoedya Ananta Toer-
Sejarah mencatat bahwasanya peradaban bangsa yang besar dan maju ditandai dengan masyarakatnya yang mampu mengembangkan budaya literasi yang tinggi yaitu mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan. Penguasaan enam literasi dasar tersebut menjadi modal dasar untuk menguasai kecakapan abad 21 yaitu kemampuan berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, berdaya saing tinggi dan komunikatif untuk memenangkan persaingan global.
Salah satu literasi yang sangat penting dikuasai oleh kita adalah literasi digital. Apa itu literasi digital? Untuk lebih mengetahui tentang literasi digital, kita dapat membaca buku fenomenal yang berjudul “Literasi Digital Nusantara”. Kenapa saya menyebut karya buku ini fenomenal? Tentu karena proses pembuatannya yang tergolong cepat dengan target satu minggu selesai. Walaupun pada kenyataannya ada tambahan waktu dari penerbit. Namun menurut saya itu suatu prestasi tersendiri sebab tidak semua orang mampu untuk bisa menulis secara cepat. Karya fenomenal tersebut hasil kolaborasi 2 penulis yaitu Bu Musiin, S.Pd, M.Pd dan Prof. Richardus Eko Indrajit.
Sebelum lanjut membahas tentang buku fenomenal mereka, saya akan mengajak pembaca untuk mengenal lebih dekat kedua sosok tokoh inspiratif tersebut. Bu Musiin yang lebih dikenal dengan panggilan Bu Iin lahir di Kediri tanggal 6 Juli 1970. Beliau guru bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri sejak tahun 1998. Sebelum jadi guru Bu Iin sudah menjadi dosen di STKIP PGRI Jombang, STIE Dewantara Jombang dan tutor bagi pekerja asing di PT Chiel Jedang Jombang. Di lingkungan pendidikan, beliau aktif menjadi tim pengembang mata pelajaran Bahasa Inggris dan Tim Penilai Angka Kredit Guru tingkat kabupaten Kediri. Lulusan S-1 Bahasa Inggris IKIP Negeri Malang dan S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Surabaya ini pernah mengikuti short course di SEAMEO RELC Singapura tahun 2015.
Selain berkecimpung di dunia pendidikan, Bu Iin yang memiliki hobi membaca buku, menulis, travelling dan memasak ini juga seorang entrepreneur dengan mendirikan PT In Jaya yang bergerak di bidang ekspedisi untuk pendistribusian produksi Indomarco dan Indolakto Pasuruan. Selain itu PT In Jaya merupakan pemasok bahan baku tebu bagi pabrik gula di wilayah Madiun, Malang dan Kediri.
Bukan cuma dunia pendidikan dan bisnis saja yang digelutinya, namun bu guru tangguh ini juga memiliki jiwa sosial yang tinggi. Sisi kemanusiaan mendorongnya untuk mendirikan organisasi swadaya masyarakat YAPSI yang berdiri sejak tahun 1991. Organisasi ini bergerak dalam bidang : pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya UMKM bekerja sama dengan Bank Indonesia Surabaya, pemberian bantuan pangan bagi masyarakat miskin, posyandu, anak sekolah bekerja sama dengan World Food Program (UN-WFP) di wilayah Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, pemberian bantuan susu bagi anak-anak SD bekerja sama dengan Susu Ultra dam Departemen Pertanian Amerika Serikat, pelatihan Sekolah Ramah Anak bagi guru-guru SD di Kabupaten Sampang bekerja sama dengan UNICEF, pendidikan lingkungan dan daur ulang sampah bekerja sama dengan Tetra Pak Indonesia dan TP UKS Propinsi Jawa Timur serta pengadaaan perpustakaan kampung, dan toilet di kampung-kampung Surabaya donasi dari UN WFP. Sungguh luar biasa kiprah bu Iin walaupun sosoknya perempuan yang identik dengan lemah lembut namun ternyata beliau seorang sosok yang tangguh dan berani bersaing keluar dari zona nyamannya sebagai seorang guru.
Prof. Richardus Eko Indrajit yang lahir di Jakarta, 24 Januari 1969 adalah seorang pakar teknologi informasi lulusan Universitas Harvard. Tak hanya sebagai pakar teknologi dan narasumber berbagai seminar, beliau juga seorang akademisi sekaligus penulis puluhan judul buku dan ratusan jurnal ilmiah yang telah dipublikasikan baik di tingkat nasional maupun internasional. Salah satu buku yang berasal dari materi yang disampaikan Prof Eko di Ekoji Channel (https://www.youtube.com/watch?v=8oMCQspJOII) berjudul Digital Mindset. Materi ini kemudian oleh Bu Iin dikembangkan di rumah berdasarkan referensi baik itu surat kabar, buku dan informasi yang ada di internet. Untuk mendapatkan referensi yang akurat, Bu Iin banyak membaca buku dan memvalidasi data dengan sumber yang lain. Jadi tidak hanya percaya dari satu sumber saja. Selain itu juga dilakukan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari sebagai salah satu sumber inspirasinya.
Bu Iin tertarik menulis buku tentang literasi digital sebab berdasarkan data yang dirilis Data Statista menunjukkan bahwa Indonesia masuk peringkat kelima pengguna internet terbesar di dunia. Tercatat pengguna internet di Indonesia sebanyak 143,26 juta per Maret 2019. Dalam memaparkan data-data tentang pengguna internet Bu Iin menggunakan data hasil survey APJII. APJII adalah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. Hasil survei tersebut digunakan Bu Iin sebagai data penulisan dan dipaparkan berdasarkan pengamatan dan referensi yang lain juga.
Awal pembuatan buku ketika Prof. Eko yang menjadi narasumber kelas menulis gelombang 8 memberi tantangan untuk menulis buku selama satu minggu. Kemudian tantangan tersebut diterima oleh Bu Iin, cikgu Tere, Pak Roma, dan teman-teman lainnya yang akhirnya berkolaborasi dengan Prof. Ekoji. Malam itu Bu Iin membuat outline bukunya sebagai berikut :
1. Pengguna Internet di Indonesia
1.1. Pembagian Generasi Pengguna Internet
1.2. Karakteristik Generasi dalam Berinternet
2. Media Sosial
2.1. Media Sosial
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Jenis-jenis Media Sosial
2.1.3. Kelebihan dan kekurangan media sosial
2.2. Undang-undang Informasi dan Transaksi
2.3. Kejahatan di Media Sosial
3. Literasi Digital
4. Ekosistem Literasi Digital Di Nusantara
5. Literasi Digital untuk Membangun Digital Mindset Warga +62
Keesokan harinya Prof Eko memberi Bu Iin cover buku yang akan ditulis. Semangat Bu Iin langsung berkobar untuk segera menyelesaikan buku tersebut. Berbekal surat kabar, buku-buku dan penelusuran referensi di Internet Bu Iin berusaha menyelesaikan karyanya. Beliau sisihkan 10% dari TPP untuk berlangganan surat kabar, Wifi dan membeli buku-buku yang menambah wawasan pengetahuannya. Semua buku dari berbagai bidang ilmu yang menarik untuk dibaca dibelinya.
Berikut gambaran buku Bab 1 dan Bab 2 Buku Digital Literasi Nusantara secara sepintas.
1. Pengguna Internet di Indonesia
1.1. Pembagian Generasi Pengguna Internet
Berdasarkana data diatas nampak pengguna terbesar adalah generasi Z (data tahun 2018). Kemungkinan besar karena PJJ di era pandemi Covid-19, generasi Apha juga mulai menjadi pengguna dalam prosentase yang besar.
1.2. Karakteristik Generasi dalam Berinternet
Pembahasan tentang jumlah dan karakteristik masing-masing generasi ini sangat menarik karena berdasarkan tahun kelahiran dan kondisi tumbuh kembang mereka sangat mempengaruhi perilaku dalam berinternet.
Generasi yang lahir antara tahun 1995-2010 adalah Generasi Z atau dikenal dengan iGeneration atau Generasi Net.Mayoritas anggota generasi ini masih di bangku sekolah dan kuliah, hanya sebagian kecil saja yang masuk ke dunia kerja. Gadget dan internet telah menjadi bagian dari kehidupan mereka sejak kecil. Implikasinya mereka menyukai hal yang instan, kenyamanan dan multi tasking. Popularitas diperoleh di berbagai media sosial melalui unggahan-unggahan yang menunjukkan style mereka. Hedonisme sudah menjadi urat nadi yang tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Mereka menyukai berbelanja secara online sekaligus pelaku industri ekonomi kreatif di dunia maya. Uang tidak lagi untuk investasi seperti yang dilakukan generasi sebelumnya, namun untuk keperluan fashion, travelling dan kulier.
Berdasarkan hasil survei APJII tahun 2018, alasan warganet +62 menggunakan internet adalah berkomunikasi, bermedia sosial dan mencari informasi tentang pekerjaan. Murid-muridnya jika diajak menggunakan platform Google Classroom dalam pembelajaran selalu mengatakan bahwa paketan yang dibeli adalah paketan media sosial.
2. Media Sosial
2.1. Media Sosial
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Jenis-jenis Media Sosial
2.1.3. Kelebihan dan kekurangan media sosial
Dalam pembahasan mengenai media sosial berdasarkan data yang dirilis We Are Social, Hootsuite, 2020 beberapa media sosial yang sering dipakai adalah sebagai berikut :
2.2. Undang-undang Informasi dan Transaksi
Penggunaan internet yang tidak dimbangi dengan kecerdasan digital akan mengakibatkan pengguna internet menjadi korban kejahatan digital atau bahkan menjadi pelaku kejahatan digital. Di Indonesia UU yang mengatur tentang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik disebut dengan UU ITE.
UU ITE Pasal 27 adalah pasal pasal yang sering dilanggar oleh warganet, Isi dari UU ITE pasal 27 adaah:
2.3. Kejahatan di Media Sosial
Di bagian akhir Bab 2 dipaparkan tentang jenis-jenis kejahatan siber yang mayoritas sasaran empuknya adalah anak-anak usia 15-19 tahun. Anak-anak yang tergolong sangat rawan terkena kejahatan. Apalagi banyak anak anak di usia dini saat ini sudah memiliki hp tanpa kontrol orang tua. Mirisnya ada juga yang digunakan untuk membuat video mesum. Berikut daftar kejahatan di dunia maya :
Demikian gambaran sepintas buku tentang Literasi Digital Nusantara. Buku ini menurut saya sangat bagus dibaca oleh guru, orang tua, maupun pengamat pendidikan atau siapa pun yang peduli terhadap pendidikan. Untuk menambah kepenasaranan publik terhadap isi bukunya Bu Iin tidak menjelaskan Bab 3,4, dan 5 dan mempersilakan kami untuk membeli bukunya tersebut.
Terbitnya buku Literasi Digital Nusantara merupakan suatu keajaiban yang dirasakan Bu Iin setelah mengikuti kelas menulis Om Jay. Beliau tidak menyangka buku yang ditulisnya akan diterbitkan oleh penerbit Andi yang merupakan penerbit mayor. Beliau jadi teringat buku yang berjudul “The Secret (Law of Attraction)” karya Rhonda Byrne. Buku ini bercerita tentang rahasia kekuatan pikiran atau gaya tarik menarik di alam semesta. Pikiran Bu Iin di awal tahun adalah menulis buku kemudian atas kehendak Allah Bu Iin dituntun mengikuti kelas menulis dan berhasil menulis buku di penerbit mayor. Baru buku Literasi Digital Nusantara inilah yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Sebelumnya buku-buku pelajaran namun lewat penerbit indie.
Tantangan dan rintangan dihadapi juga oleh Bu Iin terutama berkaitan dengan waktu dan tuntutan harus menghasilkan karya terbaik. Proses penulisan buku yang sangat singkat, walaupun sangat berat namun Bu Iin mengambil hikmahnya. Menurutnya, cara Prof Eko memberi waktu yang singkat adalah sangat tepat, supaya kita menulis dan terus menulis memenuhi deadline. Seandainya kita diberi waktu longgar, mungkin buku ini belum selesai.
Namun sebagai manusia biasa Bu Iin merasakan juga kejenuhan apalagi buku yang ditulisnya diluar bidang keilmuannya. Untuk mengatasi kejenuhan biasanya beliau menyalurkan hobinya memasak. Pengalamannya bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat mengajarkan Bu Iin tentang berbagai hal karena harus belajar dari nol dan bekerja keras. Berkat kegigihan, keuletan dan kesabarannya akhirnya buku Literasi Digital Nusantara dapat diselesaikan sesuai target.
Melalui buku Literasi Digital Nusantara Bu Iin menyampaikan pesan kepada pembaca agar mempergunakan internet secara bijak dan ambil manfaatnya untuk kepentingan orang banyak. Sebagai salah satu pengguna internet terbesar di dunia, tentu yang dibutuhkan adalah pendidikan untuk berinternet secara sehat dan bijak. Di dalam bukunya, Bu Iin juga menulis tentang manfaat yang diperoleh dengan membangun digital mindset.
Bu Iin memberikan motivasi pada kami bahwa TIDAK ADA KATA TERLAMBAT untuk memulai sesuatu yang baik. Kita semua pasti bisa menghasilkan karya yang yang akan dikenang anak cucu dan generasi mendatang. Ide menulis bisa dari mana saja, dari lingkungan keluarga, tempat kerja dan masyarakat. Selalu semangat dan yakin bahwa ada karya yang bisa dihasilkan dari tangan kita.
Jejak karya Bu Iin sebagai seorang guru, tutor, dosen, penulis, aktivis dan entrepeneur yang telah mengasilkan buku Literasi Digital Nusantara serta sederet prestasi lainnya yang luar biasa rupanya terinspirasi oleh Syaikh Hasyim Asy’ari yang mengungkapkan bahwa tatkala waktuku habis tanpa karya dan pengetahuan, lantas apa makna umurku ini? Sebuah pertanyaan mendalam yang membawa kita pada makna tujuan hidup kita. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi karena menyia-nyiakan waktu. Selagi masih diberikan kesempatan untuk hidup maka berkaryalah dan carilah ilmu sebanyak-banyaknya. Karya yang kita tuliskan tidak akan hilang dari pusaran sejarah sebagaimana yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer. Menulislah dan terus menulis sampai kita tidak mampu menggerakkan tangan kita lagi untuk menulis. Walaupun raga kita sudah tiada namun hasil karya kita akan dikenang sepanjang masa.