“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”.
Pramoedya Ananta ToerSeorang guru muda yang cantik, energik dan bertabur prestasi hadir di tengah-tengah peserta kursus menulis PGRI sebagai nara sumber malam ini. Ibu Theresia Sri Rahayu, S.Pd, SD yang dikenal dengan sebutan Cikgu Tere adalah guru di SDN Waihibur Kab. Sumba Tengah NTT. Sosoknya menarik perhatian saya dan makin penasaran setelah melihat parasnya. Betulkah cikgu kelahiran 13 September 1984 ini asli dari wilayah timur Indonesia tepatnya dari NTT? Saya yakin tidak sebab saya punya teman asli NTT raut mukanya tidak seperti cikgu Tere. Ternyata tebakan saya benar setelah Om Jay memposting biodatanya. Cikgu Tere ternyata lahir di Kuningan. Waah… tetangga kabupaten dong sebab Kuningan posisinya bersebelahan dengan Majalengka dimana saya tinggal sejak lahir.
Setelah melihat biodatanya ternyata cikgu Tere sebelum bertugas di NTT pernah bertugas di Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Bukan cuma sekedar bertugas namun juga menorehkan prestasi yang membanggakan sebagai Juara 1 Guru Berprestasi tingkat Kecamatan Padalarang (2014), Juara 2 Lomba Guru Berprestasi tingkat Kabupaten Bandung Barat (2014), dan Juara 3 Lomba Guru MIPA tingkat Kecamatan Padalarang (2014). Selanjutnya prestasi demi prestasi ditorehkan lagi oleh cikgu Tere yaitu : Juara 1 Olimpiade Guru Nasional tingkat Provinsi NTT (2018), Finalis Lomba Olimpiade Guru Nasional tingkat Nasional (2018), Finalis Lomba Alat Peraga Matematika Sederhana tingkat Nasional (2018), Peserta Short Course ke Luar Negeri dalam Program 1000 Guru ke Luar Negeri (2019), 40 besar penerima dana hibah penelitian pada program Teaching Challenge (2019), Finalis Course on Developing Lesson Study for Primary Mathematics Teacher tingkat Internasional (2019), Guru Inti Terbaik dalam Pembekalan Guru Inti Program PKP tingkat Provinsi NTT (2019), Peserta Terbaik dalam Bimtek UKS Regional Bali, Sahabat Rumah Belajar Provinsi NTT (2019), Finalis Lomba Mathematics Teaching Learning Model (MTLM) tingkat Internasional (2019), Resume Terbaik dari KSGN dan Pelatihan Belajar Menulis Bersama Om Jay (2020), Blogger Inspiratif dari Ikatan Guru TIK PGRI dengan Penerbit Andi Yogyakarta (2020), dan 35 selected participants of Advance Online Course SEAMEO Qitep in Mathematics (2020). Cikgu Tere masih muda usia namun bertabur prestasi yang membanggakan.
Cikgu Tere merupakan salah seorang peserta Belajar Menulis Gelombang 4. Dalam salah satu materi, peserta diberikan tantangan oleh narasumber yang bernama Prof. Richardus Eko Indrajit. Materinya sangat menarik dan cikgu Tere sangat antusias untuk mengikuti tantangan yang diberikan yaitu menulis buku dalam waktu seminggu. Saat itu ada banyak topik yang diberikan. Topik-topik itu terdapat dalam channel youtube yaitu Ekoji Channel. Rupanya cikgu Tere merasa penasaran dengan salah satu topik yaitu Ubiquitous Learning. Rasa penasaran mendorongnya untuk membuka youtube ekoji channel dan menyimak materi terkait topik tersebut. Setelah itu, besoknya langsung mendaftarkan namanya untuk menjadi penulis buku. Cikgu Tere segera menyusun outline dan menghubungi Prof Eko untuk mengajukan judul serta outline bukuya. Judul bukunya Belajar Semudah Klik, Membangun Ubiquitous Learning Dalam Konsep Merdeka Belajar. Prof Ekoji menambahkan satu kata yaitu Ekosistem. Pada saat itu, para penulis yang ikut dalam proyek menulis digabungkan dalam satu grup WA yaitu Menulis Bersama Prof. Ekoji. Dalam grup tersebut para penulis yang beranggotakan 20 orang termasuk Prof. Eko saling memotivasi agar dapat menyelesaikan tantangan menulis dalam waktu seminggu.
Bagi cikgu Tere bukan hal yang mudah untuk bisa menulis ditengah kesibukan mengajar dan sebagai ibu rumah tangga yang masih memiliki anak usia balita. Dengan target waktu seminggu tentunya suatu perjuangan yang luar biasa untuk bisa mewujudkan mimpinya memiliki buku dengan penerbit mayor. Tips dan trik yang diterapkan yaitu dengan membuat time schedule (sehari berapa bagian / halaman, mengumpulkan referensi sebanyak mungkin, jauhkan HP (kecuali benar - benar dibutuhkan) karena cenderung mengecek notifikasi, nulis dulu edit kemudian, kerja sama dgn orang rumah. Terkait dengan konten buku berikut langkah - langkah yang dilakukannya. Untuk menyusun naskah dimulai dr memilih tema / topik. Salah satunya dengan menggunakan google trend. Di sana kita bisa melihat kecenderungan minat masyarakat sebagai pasar buku kita. Hal ini penting dilakukan mengingat kita bukan penulis terkenal. Jadi tips supaya buku kita laku diawali dgn memilih topik yg baik dulu. Setelah itu, coba buat mind map terkait topik, sampai menemukan judul yg menarik. Kemudian kembangkan judul menjadi outline naskah. Minimal 5 bab krn mewakili 5 W + 1 H dari hal-hal yg ingin diketahui orang terhadap buku kita. Selanjutnya kembangkan naskah kita sesuai outline yg sudah dibuat. Salah satu keuntungan dari outline adalah kita bisa loncat dalam menulis. Jika di bab 1 mandeg, maka bisa menulis di bab selanjutnya. Tapi hal ini bisa berbeda ketika kita diminta memberikan naskah per bab / progressnya. Itulah yang dilakukan cikgu Tere saat menjalani tantangan menulis.
Setelah selesai menulis naskah kemudian dipresentasikan secara virtual dan ternyata ada perubahan yang harus dilakukan terkait hal yang bersifat teknis seperti penggunaan jenis huruf menggunakan verdana, ukuran 10, spasi tunggal. Ukuran kertas A5, lalu lengkapi dengan index dan daftar pustaka dibuat otomatis. Kemudian minimum 100 halaman dan jumlah bab paling sedikit 5 bab. Ternyata setelah cikgu Tere lay out bukunya sesuai ketentuan diatas jumlah halaman hanya mencapai 60 halaman. Jadi PR saat itu sangat banyak di samping harus belajar juga bagaimana caranya membuat index dan daftar pustaka serta daftar isi otomatis. Dengan perjuangan yang gigih cikgu Tere mencari tambahan 2 bab dan menulis lagi sampai di atas 100 halaman. Siang malam cikgu Tere menulis dan terus menulis di mana pun. Untuk kelancaran aktivitasnya tersebut cikgu Tere meminta bantuan sang suami dalam mengasuh anaknya. Sungguh kolaborasi yang sangat manis dan romantis.
Setelah selesai menulis naskah sesuai ketentuan yang diminta kemudian dikumpulkan kembali pada Prof. Eko yang pada akhirnya diserahkan pada Penerbit Andi. Setelah diputuskan layak untuk diterbitkan maka dari penerbit akan dikirim proof yaitu naskah buku yang sudah dilayout namun masih berupa lembaran / blm dijilid. Proof itu dikirimkan pada penulis agar bisa mengoreksinya bila masih ada kesalahan. Pada saat menerima proof dilampiri juga Surat Perjanjian dari Penerbit Andi.
Cikgu Tere memberikan tips jika kita berminat menulis buku dan ingin bukunya diterbitkan oleh Penerbit Mayor, sebaiknya kenali dulu seluk beluk (visi / misi) Penerbitnya. Terlebih terkait syarat dan prosedur penerimaan naskahnya.
Dari pengalaman yang disampaikan cikgu Tere kita harus berani bermimpi besar. Mimpi itu laksana sebuah kunci untuk menaklukan semua rintangan di dunia. Jadi, peliharalah mimpi itu dan segeralah bangun untuk mewujudkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar